PAPER
HIGIENE
SANITASI MAKANAN DI PESAWAT UDARA
(Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Higiene Sanitasi Makanan Kelas C)
Oleh:
Kelompok 1
HSM
Kelas
C
Yusron S (102110101060)
Moh. Riyan Basofi (122110101172)
Nabila Wihda A (122110101001)
Intan Mustiko P (122110101066)
Eriga Agustiningsasi (122110101097)
Nyimas Larasati (122110101129)
Ika Agustina (122110101197)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan yaitu semua
substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan semua
substansi-substansi yang dipergunakan untuk pengobatan. Minuman adalah segala
sesuatu yang diminum masuk ke dalam tubuh seseorang yang juga merupakan salah
satu intake makanan yang berfungsi untuk membentuk atau mengganti jaringan
tubuh, memberi tenaga, mengatur semua proses di dalam tubuh (Tarwotjo, 1998).
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan dan minuman berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene sanitasi
makanan (Depkes RI, 2004).
Higiene sanitasi
makanan dan minuman merupakan upaya pengendalian terhadap faktor tempat, peralatan,
orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dan keracunan makanan (Depkes RI, 2004). Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan
menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan
yang baik, seperti halnya transportasi udara yakni pesawat. Masalah
sanitasi makanan sangatlah penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat
kaitannya dengan pelayanan orang banyak, seperti halnya pada pesawat udara
(Djarismawati, 2004).
Prinsip
dasar higiene tidak berubah secara signifikan sejak 1977, meskipun operasi
transportasi udara terus berkembang dengan pesat. Jumlah penumpang maskapai
penerbangan meningkat dari 438 juta pada 1975 menjadi lebih dari 2 miliar pada
tahun 2006 (ICAO, 2006), tidak termasuk pengguna layanan sewa rutin dan
penumpang pesawat bisnis global yang jumlahnya jutaan dan semakin meningkat
tiap tahun. Selain itu, tren saat ini di penerbangan sipil internasional
mengarah pada pesawat dengan kapasitas penumpang yang lebih besar dan variasi
yang lebih baik. Pelayanan penerbangan dengan infrastruktur kesehatan
masyarakat yang tidak adekuat, seperti penjamahan dan penyimpanan makanan,
persediaan air bersih, dan pembuangan limbah, menjadi tantangan bagi operator
penerbangan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat, implementasi higiene dengan
standar tinggi harus membentuk integrasi antara bagian bandara dan operasi
penerbangan (WHO, 2009).
Untuk mendapatkan
makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi penumpang atau konsumen
memerlukan adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu upaya
pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan
mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan adiktif pada makanan dan
minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan
didalam pesawat udara (Djarismawati, 2004).
Walaupun
standar higiene telah berkembang selama beberapa dekade terakhir, tetapi masih
menyisakan kebutuhan akan perlindungan kesehatan kru dan penumpang pesawat
terhadap berbagai kemungkinan gangguan kesehatan (WHO, 2009). Hal ini karena
masih terdapat banyak pelanggaran terhadap penerapan higiene sanitasi makanan
dan minuman di pesawat udara yang notabene merupakan angkutan massal dan
berkaitan dengan kesehatan keselamatan banyak orang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini
adalah agar mahasiswa mengetahui dan menganalisis Prinsip-prinsip hygieni sanitasi makanan dan
minuman yakni upaya mengamankan bahan makanan, upaya mengumpulkan bahan
makanan, upaya mengangkut makanan, upaya menyimpan makanan, upaya penyajian
makanan, dan upaya pengemasan makanan pada pesawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pengelolaan higiene sanitasi
makanan dan minuman di pesawat dihubungkan dengan tujuh prinsip higiene
sanitasi makanan dan minuman dan mengetahui sanitasi makanan dan minuman di
pesawat udara yang dikelola oleh PT. Aero Catering Service berdasarkan
peraturan dan panduan higiene sanitasi makanan dan minuman penerbangan
internasional.
BAB 2. KAJIAN TEORITIK
2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan
(Depkes RI, 2004). Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan pada usaha
kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiata
pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002). Sanitasi
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuc tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan (Depkes RI, 2004).
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi
sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan
tidak
sempurna
(Depkes RI, 2004).
2.2 Konsep Higiene Sanitasi Makanan dan
Minuman
Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan aman (Mulia,
2005).
Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian terhadap tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan.
Prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan
sebagai faktor kunci keberhasilan
usaha makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik, jika melalaikan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugikan.Menurut Depkes RI, 2004, tujuh prinsip
hygiene
sanitasi makanan dan minuman yaitu:
Prinsip
1 : Pemilihan Bahan
Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).
A.
Ciri-ciri
bahan makanan yang baik.
1. Buah-buahan
a) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak
rusak atau kotor.
b) Isi masih terbungkus kulit dengan baik.
c) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan
(karbitan) dan warna lain selain warna buah.
d) Tidak berbau busuk,
bau asam/ basi atau
bau
yang tidak segar
lainnya.
e) Tidak
ada cairan
lain
selain getah aslinya.
2. Sayuran.
a)
Daun , buah atau
umbi
dalam keadaan
segar, utuh dan tidak layu.
b)
Kulit
buah atau
umbi utuh tidak rusak/pecah
c) Tidak
ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia
d) Tidak
ada bagian sayuran yang ternoda atau berubah warnanya.
e) Bebas dari tanah dan kotoran
3.
Susu
a)
Alami
Susu langsung diambil dari puting susu sapi, kerbau atau kambing, susu ini harus steril. Pencemaran terjadi karena tangan pemerah, infeksi kulit atau peralatan yang digunakan.
b) Pasteurisasi dan Sterilisasi
Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu secara berulang pada suhu 600Cuntuk membebaskan susu dari kuman pathogen. Dengan cara ini susu tidak
mengalami perubahan tetapi kuman patogennya mati. Sterilisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 1000C atau lebih untuk
memusnahkan semua jenis kuman pathogen. Dengan cara ini pathogen mati
tetapi susunya mengalami perubahan berupa pemecahan dan penggumpalan
protein.
c) Ciri-ciri susu yang baik
-Warna putih
susu dan kental
-Cairannya
konstan
dan
tidak mengumpal
-Aroma khas susu, tidak bau
asam,
tengik
atau bau amis
-Kalau dituangkan
dari
gelas masih menempel
di
dinding gelas
-Kalau
dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam)
-Bebas
dari
kotoran fisik seperti darah, debu, bulu,
serangga dan lain-lain
4. Makanan Olahan Pabrik
a. Terdaftar di badan pengawasan obat dan makanan, ditandai dengan adanya kode nomor :
ML : untuk makanan luar
negeri (import) dan MD : untuk makanan dalam negeri.
b. Kemasan masih baik, utuh tidak rusak, bocor atau kembung
c. Belum habis masa pakai (Kadaluwarsa)
d. Sefel penutup masih
terpasang dengan baik
e. Mempunyai merek
dan label yang jelas nama pabrik pembuatnya.
B.
Sumber Bahan
Makanan
yang Baik
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah kita
temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui
jaringan perdagangan pangan (Depkes RI, 2004). Adapun sumber bahan makanan
yang baik adalah :
1.
Pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu yang
dikendalikan
dengan baik
(swalayan).
2.
Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik
Prinsip
2 : Penyimpanan Bahan Makanan
Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah rusak
dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih
dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan
dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi,
2008).
Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri
melainkan menghambat pertumbuhan (berkembangbiak bakteri). Apabila makanan
dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka bakteri akan
mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan disimpan pada temperatur di
bawah 30C
(Moehyi, 1992). Dalam penyimpanan bahan makanan hal – hal yang
harus diperhatikan
adalah:
1.
Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi
syarat.
2.
Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga :
a.
Mudah untuk mengambilnya.
b.
Tidak menjadi tempat bersarang/ bersembunyi serangga dan tikus.
c.
Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk harus
disediakan
tempat
penyimpanan dingin.
d.
Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan
untuk riwayat kelur masuk barang dengan system FIFO (First In Firs Out).
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu (Depkes RI, 2004) :
1.
Penyimpanan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 100 C
– 150 C
untuk jenis minuman buah, es krim dan saturan.
2.
Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C
– 100 C
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00C–40C untuk bahan
berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai
24 jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 00 C
untuk bahan
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka
waktu > 24 jam.
Tabel
Penyimpanan Bahan Makanan Mentah
Jenis bahan makanan
|
Lama Penggunaan
|
||
3 hari
atau kurang
|
1 minggu atau kurang
|
1 minggu kurang atau lebih
|
|
Daging ikan dan olahannya
|
-5
0C sampai 00C
|
-10
0C sampai -00C
|
Kurang dari -100C
|
Telur susu dan olahannya
|
5
0C sampai
70C
|
-5
0C sampai 00C
|
Kurang dari -50C
|
Sayur buah dan minuman
|
100C
|
100C
|
100C
|
Tepung dan biji-bijian
|
15oC
|
250C
|
250C
|
Sumber:
Mukono 2000
Prinsip
3 :Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene sanitasi (Depkes RI, 2004). Dalam proses
pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan
masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
penjamah makanan (Kusmayadi,
2008).
A. Penjamah makanan.
Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian makanan.
Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah mempengaruhi kualitas makanan
yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam dan diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan. Jika terjadi luka penjamah
harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya, plester atau sarung tangan plastik
(Kusmayadi,
2008).
Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003)
:
1.
Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut
sejenisnya.
2.
Menutup
luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)
3.
Menjaga kebersihan tangan, rambut,
kuku dan pakaian.
4.
Memakai celemek dan
tutup kepala.
5.
Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6.
Menjamah makanan
harus memakai
alat/perlengkapan atau
dengan alas tangan.
7.
Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian lainnya).
8.
Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup hidung
atau mulut.
B.
Persiapan
Tempat Pengolahan.
Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar danpersyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.
Beberapa
hal yang penting
dalam
persiapan
tempat
pengolahan
adalah
:
1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan sempurna.
2. Lantai,
dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran
terhadap makanan.
3. Meja
peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak
masuk kedalam makanan.
4. Tungku
dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup (hood)
atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.
5. Ruangan
bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang cukup
potensial pada makanan.
C.
Peralatan Masak.
Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan,
seperti pisau, sendok,
kuali, wajan dan lain-lainnya
perlu diperhatikan :
1. Bahan
peralatan
Tidak boleh melepaskan zat beracun pada makanan seperti cadmium, plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun yang
dapat berakumulasi sebagai
penyakit kemih
dan
kanker.
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena
akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci
sempurna
sehingga
dapat menjadi
sumber
kontaminasi.
3. Fungsi
Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan
dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai fungsinya, karena peralatan yang digunakan bercampur baur akan menimbulkan
kontaminasi makanan.
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan waktu mempergunakannya/mengambil.
D.
Peralatan Makanan dan Minuman
Peralatan Makanan dan Minuman dapat dipergunakan seperti: piring, gelas,
mangkuk, sendok atau garpu
harus dalam keadaan bersih. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah:
1.
Bentuk peralatan utuh, tidak
rusak, cacat, retak atau
berlekuk-lekuk tidak
rata.
2.
Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang
di bagian tempat makanan minuman atau menempel dimulut, karena akan terjadi
pencemaran mikroba melalui jari tangan.
3.
Peralatan yang sudah retak, gompel atau
pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber
pengumpulan kotoran karena tidak akan dicuci sempurna.
4.
Dilarang menggunakan kembali peralatan
yang dirancang hanya untuk sekali pakai.
E.
Wadah Penyimpanan
Makanan
dan Minuman.
Wadah penyimpanan baskom, panci, harus dalam keadaan bersih, wadah penyimpanan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar dan teliti untuk setiap jenis makanan yang berada di dalam ruangan tempat penyimpanan. Makanan kering
dan
bahan makanan basah serta makanan matang dan makanan mentah.
Prinsip
4 : Penyimpanan Makanan Masak
Menyimpanan makanan dan minuman yang sudah masak di tempat-tempat yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Adapun
karakteristik dari pada pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau
dan dijaga adalah kadar air makanan, jenis makanan,
suhu makanan.
1.
Wadah
Setelah selesai proses pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan. Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih
dan
aman bagi kesehatan dan atau tutup makanan dan minuman harus dalam keadaan bersih
dan
tidak mencemari makanan (Depkes
RI, 2003). Pada dasarnya hygiene sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal, antara
lain :
a. Semua makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang
terpisah.
b. Pemisahan
didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan.
c. Setiap
wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat megeluarkan uap air.
d. Makanan
berkuah dipisahkan antara lauk dengan saus atau kuahnya.
2.
Suhu
1. Makanan kering di simpan dalam suhu kamar (250C – 300C).
2.
Makanan basah
harus segar
disajikan pada suhu diatas 600C.
3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu dibawah
100C. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada pada
suhu
dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas 60
0C. Suhu 100C
– 600C sangat berbahaya, (danger
zone).
Prinsip
5: Pengangkutan Makanan
Pengangkuatan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masa lebih tinggi
resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses
pengangkuta makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan,
orang
,suhu dan kendaraan pengangkutan itu
sendiri.
1.
Pengangkutan Bahan Makanan
Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran fisik, mikroba maupun
kimia.
Untuk mencegahnya adalah membuang atau
setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan
pencemaran
dengan
cara:
1) Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti pupuk, obat
hama atau
bahan berbahaya
lainnya.
2) Kendaraan pengangkutan makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut bahan lain seperti untuk mengangkut orang, hewan, atau
barang-barang.
3) Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap akan digunakan untuk
makanan
selalu
dalam
keadaan bersih.
4) Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida
walaupun
telah dicuci masih
akan
terjadi pencemaran.
5) Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan, seperti perlakuan makanan yang
ditumpuk,
diinjak
dan dibanting.
6) Kalau mungkin gunakanlah kendaraan pengangkutan bahan makanan yang mengunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan
jangkauan yang lebih jauh, tetapi tentu saja biayannya akan menjadi jauh lebih besar sehingga akan menaikkan harga makanan.
2.
Pengangkutan Makanan Siap
Santap
Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu yang ekstra hati-hati. Oleh karena
itu dalam prinsip penggangkutan makanan siap santap
perlu
diperhatikan
sebagai berikut
:
1.
Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.
2.
Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor.
3.
mPengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 600C atau tetap dingin 40C.
4.
Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam keadaan tertutup
sampai
di
tempat
penyaji.
5.
Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk
keperluan mengangkut bahan lain.
Prinsip
6 : Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam
menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan
tidak
berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan
makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).
Prinsip
7 : Pengemasan Makanan
Pengemasan
merupakan suatu wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemasi atau
dibungkusnya.
Menurut The Packaging Institute International mendefinisikan
kemasan merupakan pelindung yang bisa berupa tas, box, botol, gelas, kaleng dan
lain-lain yang berfungsi sebagai pelindung, pertahanan, komunikasi,
pemeliharaan dan petunjuk (Gordon, 1993). Fungsi kemasan itu sendiri Menurut
Gordon antara lain:
1.
Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk
tidak tercecer.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti
melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan,
kontaminan dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu
produk.
3. Melindungi pengaruh buruk dari luar,
melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang
dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air
keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas
produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
4.
Menambah daya tarik calon pembeli.
5. Sarana
informasi dan iklan.
6. Memberi
kenyamanan bagi pemakai.
Syarat-syarat
kemasan Menurut Gordon, yaitu :
1. Harus dapat melindungi produk dari kotoran dan
kontaminasi sehingga produk tetap bersih.
2. Harus
dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air, gas dan penyinaran
(cahaya).
3. Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani
serta mudah dalam pengangkutan dan distribusi.
4.
Efisiensi dan ekonomis khususnya selama proses pengisian produk ke dalam
kemasan.
Bahan-bahan kemasan
antara lain :
1.
Logam
seperti lempeng timah, baja bebas timah, almunium.
2.
Gelas
3.
Plastik,
termasuk beraneka ragam plastik tipis yang berlapis laminates dengan plastik
lainnya, kertas atau logam (alumunium).
4.
Kertas,
paperboard, fiberboard.
5.
Lapisan
(laminate) dari satu atau lebih bahan-bahan diatas
2.3 Definisi Pesawat
Pesawat terbang
adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat
terbang dengan tenaga sendiri. Secara umum istilah pesawat terbang sering juga
disebut dengan pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat dengan
tujuan pendefenisian yang sama sebagai kendaraan yang mampu terbang di atmosfer
atau udara. Namun dalam dunia penerbangan, istilah pesawat terbang berbeda
dengan pesawat udara, istilah pesawat udara jauh lebih luas pengertiannya
karena telah mencakup pesawat terbang dan helicopter (UU No 1 tahun 2009
tentang Penerbangan)
Banyak sekali
maskapai penerbangan yang ada di Indonesia, menurut vivanews.com, Berikut 10 besar maskapai pengangkut penumpang
domestik selama semester I-2012:
1. PT Lion Mentari Airlines: 13,97 juta penumpang
1. PT Lion Mentari Airlines: 13,97 juta penumpang
Lion Air merupakan maskapai swasta terbesar Indonesia,
berpusat di Jakarta. LionAir menjadi bagian populer karena keagresifanya,
tetapi memiliki struktur harga yang fleksibel. Saat ini Lion Air memiliki 60
armada pesawat yang beroperasi (dengan perkiraan usia armada 6,8 tahun) dan 230
masih dalam pemesanan. Armada Lion Air melayani penerbangan 3300 seminggu untuk
36 tujuan - baik domestik dan internasional
2. PT Garuda Indonesia: 7,80 juta penumpang
2. PT Garuda Indonesia: 7,80 juta penumpang
Garuda Indonesia merupakan maskapai nasional Indonesia dan
terbesar (pesawat 100+, 50 rute) di antara semua maskapai penerbangan yang
beroperasi di negara tersebut. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1949 dan
sejak itu telah membangun reputasi untuk memberikan tarif moderat dan tingkat
pelayanan yang lebih tinggi dibanding perusahaan penerbangan Indonesia lainnya.
Konsep baru dari layanan ("The Garuda Indonesia Experience") mencakup
aspek budaya Indonesia, masakan dan perhotelan.
3. PT Sriwijaya Air: 3,90 juta penumpang
3. PT Sriwijaya Air: 3,90 juta penumpang
Sriwijaya Air merupakan sebuah maskapai penerbangan
Indonesia yang berpusat di Jakarta. Menguasai sekitar 12% dari pasar
penerbangan domestik Indonesia, mengoperasikan penerbangan ke 35 tujuan lokal
(dan 2 internasional - Penang dan Singapura). Dalam hal keamanan dan layanan,
Sriwijaya Air adalah satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang
beroperasi dan memelihara pesawat tanpa kecelakaan fatal.
4. PT Metro Batavia Air: 3,51 juta penumpang
Batavia Air merupakan sebuah maskapai penerbangan Indonesia
yang berpusat di Jakarta. Maskapai ini mengoperasikan penerbangan domestik ke
48 tujuan (baik domestik dan internasional). Didirikan pada tahun 2002 dan pada
tahun 2012 memiliki 50 armada pesawat. Batavia Air adalah salah satu dari
beberapa operator Indonesia yang diizinkan untuk beroperasi di Uni Eropa.
Batavia Air juga tercantum dalam kategori pertama sehubungan dengan keselamatan
penerbangan dalam regulasi transportasi domestik Indonesia.
5.
PT Wings Abadi: 1,21 juta penumpang
Wings Abadi Airlines (dikenal sebagai Wings Air) adalah
anak perusahaan Lion Air dengan pusat operasi yang terletak di bandara Jakarta.
Wings Air didirikan oleh Lion Air pada tahun 2003 dan beroperasi pada rute yang
lebih pendek / kurang populer menggunakan pesawat lebih kecil ATR72-500. Wings
Air menggunakan sistem pemesanan dan kode penerbangan yang sama seperti Lion
Air, dari sudut pandang penumpang perbedaan antara dua maskapai penerbangan
tidaklah penting.
6. PT Merpati Nusantara Airlines: 1,13 juta penumpang
6. PT Merpati Nusantara Airlines: 1,13 juta penumpang
Merpati Nusantara Airlines merupakan sebuah maskapai utama
penerbangan domestik Indonesia , didirikan pada tahun 1962 oleh pemerintah
Indonesia. Maskapai ini mengoperasikan jadwal layanan untuk 80 tujuan di
Indonesia, serta penerbangan internasional ke Timor Timur dan Malaysia. Merpati
terdaftar dalam kategori 1 oleh Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia untuk
keselamatan dan kualitas penerbangan . Dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan
Garuda Indonesia
7.
PT Indonesia AirAsia: 882.480 penumpang
AirAsia merupakan maskapai penerbangan Malaysia bertarif
rendah. Air Asia Indonesia merupakan asosiasi perusahaan pengangkut yang
mengoperasikan jadwal layanan domestik dan internasional di Indonesia. Memiliki
22 armada pesawat dan terbang ke 13 tujuan, AirAsia Indonesia merupakan salah satu
pemeran terbesar di pasar penerbangan domestik. Maskapai ini terdaftar dalam
kategori 1 oleh Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia untuk kualitas keselamatan
penerbangan dan diakui oleh Uni Eropa. PT Trigana Air Service: 466.085 penumpang
Trigana
Air Service adalah sebuah maskapai penerbangan yang berpusat di Jakarta,
Indonesia. Maskapai ini didirikan dan mulai beroperasi pada awal 1991.
Sekarang, secara teratur melayani rute dari Jakarta ke 40 tujuan yang berbeda,
mengoperasikan 18 armada pesawat. Tiket tersedia di beberapa agen perjalanan
dan kantor penjualan di Indonesia. PT Kalstar Aviation: 269.659 penumpang
Kal
Star Aviation merupakan sebuah maskapai penerbangan swasta yang berpusat di
Serpong (Jawa, Indonesia). Didirikan pada tahun 2000, maskapai ini tercantum
dalam kategori 2 oleh Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia untuk kualitas
penerbangan keselamatan. Kal Star melayani rute kurang populer (terutama di
daerah Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara), mencoba untuk menemukan celah
tersendiri di pasar penerbangan Indonesia.
10. PT Travel Express Air: 164.510 penumpang
10. PT Travel Express Air: 164.510 penumpang
Express
Air merupakan maskapai penerbangan Indonesia ukuran menengah yang berbasis di
Makassar. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2003, dan tumbuh cepat dengan
ambisi untuk menjadi pemeran penting di pasar penerbangan domestik. Express Air
mengoperasikan penerbangan ke 37 tujuan - sebagian besar berfokus di Indonesia
bagian Timur mencakup beberapa tujuan di Papua seperti Kaimana, Fak-Fak,
Manokwari, Nabire, Tanah Merah dan Babo.
Garuda Indonesia adalah sebuah
perusahaan milik negara Republik Indonesia. Garuda Indonesia berkantor pusat di
Cengkareng, Jakarta, Indonesia. Selain berpusat di Jakarta, Garuda Indonesia
juga memiliki kantor perwakilan yang tersebar di hampir seluruh kota besar di
Indonesia dan juga kota – kota di luar negeri. Garuda bukan hanya sebuah
perusahaan penerbangan kecil tetapi merupakan sebuah perusahaan yang besar dan
juga memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dalam bisnis atau usaha
pendukung bisnis penerbangan seperti PT. GMF Aero Asia (merupakan pusat
pelayanan perawatan pesawat terbang), PT. Aerowisata (perusahaan yang bergerak
dibidang jasa perhotelan, travel, dan catering) PT. Abacus (merupakan
perusahaan penyedia layanan sistem reservasi untuk penerbangan) dan PT. Gapura
Angkasa (penyedia layanan ground handling dalam bisnis penerbangan) (https://www.garuda-indonesia.com).
Menurut informasi dari (https://www.garuda-indonesia.com), Dalam penerbangan domestiknya,
Garuda menerbangi hampir seluruh kota besar di Indonesia diantaranya adalah :
Ampenan, Banda Aceh, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Biak, Denpasar, Jakarta,
Jayapura, Makassar, Manado, Medan, Padang, Palembang, Palangkaraya, Pekanbaru,
Semarang, Solo, Surabaya, Timika dan Yogyakarta. Sedangkan untuk melayani
segmen pasar yang lebih rendah, Garuda juga memiliki konsep penerbangan yang
berbasis pada biaya murah yang bernama Garuda Citilink. Saat ini Garuda
Citilink melayani penerbangan ke Ampenan, Balikpapan, Bandung, Denpasar,
Gorontalo, Jakarta, Kendari, Makassar, Palu, Surabaya dan Tarakan. Untuk
penerbangan internasionalnya Garuda memiliki 17 destinasi (kota tujuan) yaitu
sebagai berikut: Eropa (Amsterdam), Asia ( Bangkok, Beijing, Guangzhou
(Canton), Hongkong, Kuala Lumpur, Seoul, Shanghai, Singapore), Jepang (Nagoya,
Osaka, Tokyo), Australia ( Melbourne, Perth, Sydney), Midle East (Dubai,
Jeddah).Selain menerbangi kota – kota besar diseluruh dunia dengan armadanya
sendiri, Garuda juga bekerjasama dengan maskapai – maskapai penerbangan
internasional lainnya dalam hal joint services passanger atau pelayanan
pengangkutan penumpang secara bersama (code sharing).
1. China
Airline untuk rute Taipeh – Jakarta / Denpasar / Singapore -Surabaya
2. China
Southern untuk rute Strecke Guangzhou – Jakarta
3. KLM
untuk rute Strecke Singapore – Denpasar
4. Korean
Air untuk rute Seoul – Jakarta / Denpasar
5. Malaysian
Airlines untuk rute Kuala Lumpur – Bandung / Denpasar / Jakarta / Medan /
Surabaya / Yogyakarta
6. Philippine
Airlines untuk rute Manila – Jakarta / Singapore - Jakarta
7. Royal
Brunei Airlines untuk rute Strecke Bandar Seri Begawan – Jakarta / Surabaya
8. Silk
Air untuk rute Singapore - Balikpapan / Palembang / Solo / Mataram / Medan /
Manado
9. Singapore
Airlines untuk rute Singapore – Denpasar
10. Turkish Airlines untuk rute Istanbul – Jakarta
11. Vietnam Airlines untuk rute Ho Chi Minh City - Singapore
3.1 Ringkasan
Berita
Tim Media Trip Garuda Indonesia
Facilities mengunjungi tempat pembuatan hotmeal untuk penumpang yang berada
di udara untuk maskapai Garuda Indonesia. Rombongan akan mengunjungi dapur
Aerofood Catering Service atau lebih dikenal Aerofood ACS yang pernah
mendapatkan penghargaan sebagai penyedia catering untuk penerbangan terbaik di
Singapura. Di sana, Tim melihat proses pembuatan hotmeal, mulai
persiapan bahan hingga pengemasan (packaging) untuk dimasukkan ke dalam
pesawat. Namun Tim tidak diizinkan untuk membawa alat dokumentasi gambar, baik
foto maupun video. Sebelum diajak berkeliling, rombongan diwajibkan untuk
menggunakan jas putih sekali pakai, semacam topi dan makser yang telah menjadi
standar prosedur di Aerofood ACS.
Awalnya, tim mengunjungi ruang
penyimpanan bahan makanan, baik yang masih harus diolah maupun yang sudah siap
digunakan. Ruang penyimpanan dan sortir barang memiliki jadwal-jadwal sendiri
yang terpisah agar bahan makanan tidak tercampur. Tempat penyimpanan bahan
makanan kering tersebut berisi berbagai jenis bahan makanan. Selanjutnya tim
juga ditunjukkan sebuah ruangan yang berisi bumbu-bumbu instan racikan Aerofood
sendiri. Semua rasa dan kualitas makanan yang dihasilkan sudah memiliki standar
sendiri. Kemudian tim juga masuk ke dalam freezer raksasa yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan daging-dagingan. Suhu yang digunakan adalah -18°C
hingga -30°C agar daging tetap berada dalam kondisi terbaiknya. Saat kami masuk
ke dalam sana, temperatur menunjukkan angka -22°C.
Setelah selesai mengitari storage
room, tim menuju dapur tempat pengerjaan makanan dengan desain ruang sekat
kaca. Pada masing-masing ruangan dibeda-bedakan sesuai dengan kegunaannya. Ada
Hot Kitchen, yang isinya kompor-kompor panas. Cold Kitchen yang tidak ada
kompornya sama sekali, biasanya digunakan untuk membuat hiasan, burger atau
salad. Ada Bakery and Pastry Kitchen untuk membuat makanan pencuci mulut. Ada
juga tempat pemotongan daging. Bahkan, ada dapur khusus makanan Korea dan
Jepang. Selanjutnya perjalanan menuju ruang berisi alat-alat makan dari
berbagai maskapai penerbangan yang menggunakan jasa Aerofood.
3.2 Analisis
berita
3.2.1. Penerapan
prinsip Hygiene Sanitasi makanan dan minuman di ACS
3.2.1.1.
Pemilihan
Bahan
Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan
yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan
kimia
seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).
Pemilihan
bahan merupakan tahapan awal pada suatu proses produksi. Pada tahap ini, bahan
yang akan digunakan untuk proses produksi diseleksi dahulu oleh QC dan
merupakan CCP I pada Aerofood ACS. Bahan tersebut diantaranya yaitu buah,
sayur, ikan, daging, gula, beras, serta makanan dan minuman lain. Untuk
menjamin kesegarannya, buah dan sayur didatangkan setiap hari. Sedangkan bahan
yang seharusnya datang hari minggu didatangkan sekaligus pada hari sabtu.
Alur barang datang melalui PR (Purchasing Request) dari departemen store dan departemen kitchen
yang diajukan ke departemen Purchasing. Dari departemen purchasing timbul PO (Purchasing Order) untuk distributor,
kemudian barang datang melalui penerimaan sesuai PO yang telah ditntukan baik
jumlah maupun tanggal kedatangannya. Staf penerimaan barang terdiri dari Cost Control (CC), Quality Control (QC) dan Store.
Staf CC bertugas mencatat jumlah bahan yang diterima, memeriksa kesesuaian
bahan dengan PO dan mencatat tanggal kedatangan pada nota serta
menandatanganinya. Staf QC bertugas memeriksa kualitas bahan yang datang
disesuaikan dengan standard spesifikasi PT. Aerofood ACS. Selain itu, bahan
yang diterima harus sesuai dengan batas kritis CCP I supaya keamanan produk
terjamin. Jika keadaan tidak sesuai, maka dilakukan tindakan koreksi. Sedangkan
store bertugas untuk menyimpan barang
yang akan digunakan untuk proses produksi.
Bahan yang
telah diterima kemudian diberi label yang berisi keterangan tanggal kedatangan
dan tanggal kadaluarsa. Tujuannya yaitu untuk mempermudah penerapan FIFO (First In First Out). Selain itu, nama
penyalur/ pemasok, jumlah dan merk juga dicatat. Setelah itu, bahan diserahkan
ke departemen terkait. Sayur diserahkan ke bagian vegetable department kitchen, makanan beku diletakkan di freezing, sedangkan makanan atau minuman
kering disimpan di gudang.
Gambar 3.1
Pengangkutan Bahan Makanan dari Distributor
Sumber: rentalmobilyogyakarta.net
3.2.1.2.Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan yang sudah sesuai dengan
spesifikasi dibawa ke store. Store merupakan tempat penyimpanan sementara
barang produksi dan barang untuk kebutuhan karyawan perusahaan.
Untuk
proses penyimpanan yang baik seharusnya sebelum dimasukkan ke tempat
penyimpanan Semua bahan makanan dibersihkan terlebih
dahulu dengan cara mencuci. Setelah
dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah. Secara umum department store dibagi atas beberapa
bagian yaitu main store, airlines store
and mini store.
Main
store sendiri dibagi menjadi 3 ruangan, yaitu freezer, chiller dan bahan
kering. Ruangan freezer bersuhu (-34)
– (-18)°C, digunakan untuk penyimpanan sementara bahan makanan beku terutama
daging, ikan, udang, dan juga frozen
dough (bakery). Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri
melainkan menghambat pertumbuhan (berkembangbiak bakteri). Apabila makanan
dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka bakteri akan
mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan disimpan pada temperatur di
bawah 30C
(Moehyi, 1992). Chiller
bersuhu 0-5°C digunakan untuk penyimpanan sementara jus, yoghurt, cokelat, telur,
mentega dan margarine. Bahan kering disimpan pada suhu sekitar 25°C. Ruangan penyimpanan bahan kering
juga berisi bumbu-bumbu instan racikan Aerofood sendiri. Semua rasa dan
kualitas makanan yang dihasilkan sudah memiliki standar sendiri. Hal ini dilakukan
agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya.
Airlines store dibagi menjadi dua bagian
yaitu airlines store dan bonded store. Airlines store digunakan untuk penyimpanan sementara bahan-bahan
milik maskapai yaitu makanan instan dan minuman, peralatan dan alcohol. Alkohol
digunakan untuk penumpang pesawat luar negeri kelas bisnis. Bonded store merupakan tempat
penyimpanan sementara barang-barang milik maskapai yang masih dalam pengawasan
pabean atau bea cukai, jika barang-barang tersebut telah mendapat ijin dari bea
cukai maka dapat dipindahkan ke store.
Mini
store digunakan untuk penyimpanan sementara bahan-bahan yang siap dikonsumsi
milik. Bahan tersebut digunakan untuk melengkapi kebutuhan airlines pada MTSU (Meal Tray Set Up). Mini store ini
terdapat di bagian Operation yang
bersuhu 18-21°C.
Gambar 3.2 Ruang Penyimpanan bahan
makanan kering
Sumber:
http://lindafidya.blogspot.com
Di departemen store menggunakan beberapa
aturan, salah satunya yaitu FIFO (First
In First Out) barang yang masuk gudang lebih dulu maka harus digunakan
lebih dulu. Dan juga terdapat aturan stok minimal dimana store harus selalu
memiliki persediaan barang sampai batas waktu tertentu. Barang yang datang
dapat digunakan 10 hari setelah batas penggunaan, jadi masih ada persediaan
barang untuk 10 hari setelah batas waktu yang telah ditentukan.
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu (Depkes RI, 2004) :
1.
Penyimpanan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 100 C
– 150 C
untuk jenis minuman buah, es krim dan saturan.
2.
Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C
– 100 C
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00C–40C untuk bahan
berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai
24 jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 00 C
untuk bahan
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka
waktu > 24 jam.
Gambar 3.3 Penyimpanan daging
Sumber: www.indahotels.com
Pada freezer
raksasa milik Aerofood ACS yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan daging-daging menggunakan suhu -18°C
hingga -30°C agar daging tetap berada dalam kondisi terbaiknya. Sesuai dengan
ulasan diatas proses penyimpanan yang dilakukan oleh Aerofood pada freezer raksasa adalah Penyimpanan beku (frozen), suhu penyimpanan < 00
C untuk bahan makanan
protein yang mudah
rusak untuk jangka
waktu > 24 jam.
Proses penyimpanan dengan suhu rendah ini dilakukan untuk menghambat
perkembangan bakteri yang akan berkembang biak sehingga bahan makanan tetap
aman. Setiap bahan makanan memiliki suhu tertentu yang sesuai tengan jenis
bahan makanan tersebut, sehinggi Aerofood ACS seharusnya menerapkan suhu yang
sesuai dengan bahan makanan.
Gambar 3.4 Penyimpanan Bahan Makanan Basah
Sumber: klubpompi.com
3.2.1.3.Pengolahan
Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene sanitasi (Depkes
RI, 2004). Dalam proses
pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan
masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
penjamah makanan (Kusmayadi,
2008).
Gambar 3.5 Pengolahan Makanan
di PT Aerofood
Sumber: merdeka.com
A. Penjamah makanan.
Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003)
:
1. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza, diare,
penyakit perut
sejenisnya.
2. Menutup luka
(pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)
3. Menjaga
kebersihan
tangan,
rambut, kuku dan
pakaian.
4. Memakai
celemek
dan tutup
kepala.
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan.
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian
lainnya).
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup
hidung atau
mulut.
Aerofood
memiliki standar prosedur untuk semua orang yang ingin masuk ke Perusahaan
Aerofood dan diijinkan oleh pihak yang bersangkutan, maka setiap orang harus
menggunakan jas berwarna putih untuk sekali pakai, topi putih dan masker. Pada
berita yang penulis angkat, penulis tidak bisa menganalisis dengan rinci karena
keterbatasan data yang ada.
Gambar 3.6 Penjamah Makanan dan Tamu
di PT Aerofood
Sumber: makassar.bisnis.com
B.
Persiapan
Tempat Pengolahan.
Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar dan persyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan.
Beberapa
hal yang penting
dalam
persiapan
tempat
pengolahan
adalah
:
1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan sempurna.
2. Lantai,
dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran
terhadap makanan.
3. Meja
peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak
masuk kedalam makanan.
4. Tungku
dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup (hood)
atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.
5. Ruangan
bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang cukup
potensial pada makanan.
Dapur tempat pengerjaan makanan dengan
desain ruang sekat kaca dari sini dapat tergambarkan bahwa dapur aerofood ACS
tergolong Sehat. Pada masing-masing ruangan dibeda-bedakan sesuai dengan
kegunaannya. Ada Hot Kitchen, yang isinya kompor-kompor panas. Cold Kitchen
yang tidak ada kompornya sama sekali, biasanya digunakan untuk membuat hiasan,
burger atau salad. Ada Bakery and Pastry Kitchen untuk membuat makanan pencuci
mulut. Ada juga tempat pemotongan daging. Bahkan, ada dapur khusus makanan
Korea dan Jepang. Bagian dapur atau cooking PT ACS semua persyaratan
memasak, khusus untuk makanan yang harus dimasak, tertera secara jelas pada papan
yang digantung. Daging sapi harus dimasak dengan suhu minimal 740C,
ikan minimal 650C, telur 700C, dan telur mata sapi 600C. Khusus untuk steak sapi harus
dimasak dengan suhu minimal 630C. Intinya semua makanan harus dimasak,
karena di dalam pesawat tidak diperbolehkan ada kegiatan memasak, yang
diijinkan hanya memanaskan (reheat) makanan.
3.2.1.4. Penyimpanan Makanan Masak
Menyimpanan makanan dan minuman yang sudah masak di tempat-tempat
yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Adapun karakteristik dari pada pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau
dan dijaga adalah kadar air makanan, jenis makanan,
suhu makanan.
Pada
Berita yang Penulis analisis Ruang penyimpanan dan sortir barang memiliki
jadwal-jadwal sendiri yang terpisah
antara bahan makanan mentah dan makanan yang masak
agar bahan makanan tidak tercampur
sehingga tidak ada bakteri, tikus danlain – lain yang muncul.
Agar terhindar dari bakteri, makanan yang sudah diolah
harus didinginkan.Jadi begitu selesai diolah, semua makanan dimasukkan kedalam blast chill.
Di situ makanan disimpan minimal 2 jam dalam suhu 50C. Setelah mencapai
suhu 50C, makanan ditaruh dalam ruangan gelap dan dingin agar
suhunya tetap stabil.
Gambar 3.7 Penyimpanan Makanan
Sumber: makassar.bisnis.com
Setelah didinginkan, semua jenis makanan
disatukan di dalam ruangan yang disebut portioning. Di sini makanan ditempatkan
dalam wadahnya masing-masing, ditutup lalu ditata di atas baki kecil atau tray.
Persis seperti yang kita lihat di dalam pesawat. Proses selanjutnya adalah loading,
dimana semua makanan dimasukkan kedalam
trolley dan disimpan di dalam holding room yang dinginnya mencapai 60C.
Ruangannya sengaja dibuat lebih dingin dari
ruangan lain karena itu suhu makanan pada saat keluar tidak boleh melebihi 80C.
Makanan yang sudah siap akan terus berada di holding room sampai ‘dijemput’
untuk menuju bagian pengangkutan.
Penyimpanan makanan dalam pesawat
terbang hanya dalam keadaan sudah masak. Kualitas makanan yang telah diolah
sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik – titik rawan perkembangan
bakteri patogen pada suhu yang sesuai dengan kondisinya. Namun demikian
perkembangan bakteri masih ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai sebagai
media pertumbuhannya. Prinsip dari tehnik penyimpanan ditujukan untuk mencegah
pertumbuhan atau perkembangan bakteri, mengawetkan makanan dan mengurangi
pembusukan (Depkes RI,2004)
a.
Wadah
Wadah Setelah selesai proses
pengadaan, penerimaaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan,
pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan atau pewadahan. Makanan
jajanan yang disajikan harus dengan wadah yang bersih danaman bagi kesehatan,
dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup pembungkus yangdigunakan dan atau
tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan
(Depkes RI, 2003). Pada dasarnya hygiene sanitasi dalam pewadahan mencakup
beberapa hal, antara lain :
1. Semua
makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah.
2. Pemisahan
didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan.
3. Setiap
wadah mempunyai tutup, tetap berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air
4. Makanan
berkuah dipisah antara lauk dengan saus dan kuahnya
b. Suhu
Suhu makanan yang kemungkinan dapat
membahayakan yaitu pada suhu penyimpanan 5C atau lebih rendahdari suhu tersebut
dan diatas 60°C (Anonimus,2001).
1. Makanan
kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu kamar (25°C - 30°C)
2. Makanan
basah (kuah, sop, gulai) harus segera disajikan pada suhu diatas 60°C
3. Makanan
basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu di bawah 10°C
4. Waktu
tunggu (holding time)
a) Makanan
masak yang baru saja selesai diolah suhunya masihcukup panas yaitu di atas 80°C
b) Makanan
pada suhu demikian masih berada pada kondisi aman
c) Makanan
dalam waktu tunggu kurang dari 4 jam biasanya dapat diabaikansuhunya
d) Suhu
makanan dalam waktu tunggu yang sudah berada di bawah 60°C segera dihidangkan
danwaktu tunggunya semakin singkat
e) Makanan
yang disajikan panas harus tetap dipanaskan dalam suhu di atas 60°C
f) Makanan
yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu di bawah 10
g) Makanan
yang disimpan pada suhu di bawah 10°C
h) harus
dipanaskan kembali (reheating) sebelum disajikan
3.2.1.5.Pengangkutan
Makanan
Pengangkuatan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masa lebih tinggi resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu titik berat
pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses pengangkuta makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang ,suhu
dan kendaraan
pengangkutan itu sendiri.
Pengiriman harus dilakukan minimal 10 jam sebelum keberangkatan
sebuah pesawat. Di tahap pengangkutan dilakukan
penambahan dry ice agar makanan tetap pada suhu yang disyaratkan (tidak lebih dari
100C) saat diangkut kedalam truk. Apabila pada saat diterima di
pesawat suhu makanan melebihi 100C, makanan dianggap rusak dan harus
dibuang. Sialnya, kerugian menjadi beban pihak katering. Bukan hanya itu, penyelenggara catering juga beresiko dikenai sanksi
apabila mengalami keterlambatan. Batas keterlambatan yang bisa ditolerir hanya 30 detik.
Selebihnya, siap-siap saja pihak penyedia catering menanggung penalti.
Distribusi makanan dilakukan oleh bagian transportasi. Tugas dari bagian
transportasi adalah mengantar makanan yang telah dimasukkan ketroli menggunakan
Hi Lift Truck untuk diantar sampai ke
bandara. Agar suhu makanan tetap rendah, pada bagian atas troli diberi dry ice. Setelah sampai di bandara,
troli-troli tersebut dimasukkan kepesawat sesuai dengan batas kritis Food Temperature Onboard Aircraft, tujuannya
untuk menjamin keamanan produk. Untuk pesawat yang berangkat dari bandara (ground),
produk harus sudah sampai 30 menit sebelum keberangkatan. Untuk pesawat yang transit, produk harus sudah sampai di bandara
15 menit sebelum kedatangan.
Gambar 3.8
Pengangkutan Makanan ke Pesawat
Sumber: anugrahvhe.blogspot.com
Kegiatan pendistribusian makanan dan pelayanan makanan
merupakan proses kegiatan lanjutan setelah kegiatan pemasakan bahan makanan guna
mempersiapkan makanan untuk kebutuhan klien. Ada dua macam cara pendistribusian
makanan yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Tujuan pendistribusian
makanan kepada konsumen pada suatu institusi adalah
sebagai berikut:
a. Memelihara kualitas makanan
termasuk suhu makanan yang diinginkan
b. Menjamin makanan yang
dikonsumsi aman dari segala jenis mikroba
c. Menyajikan makanan yang
menarik dan memuaskan bagi konsumen atau klien
Gambar 3.9
Pengangkutan Makanan dalam Pesawat
Sumber: makassar.bisnis.com
Pendistribusian
makanan di ACS menggunakan sistem sentralisasi. Setelah makanan matang dilakukan
pendinginan secara cepat menggunakan blastchilled,
dari blastchilled makanan
dimasukkan dalam freezer dan
dilakukan pemorsian, setelah pemorsian makanan kembali dimasukkan dalam lemari
pendingin, dalam penyajiannya ke pesawat makanan tersebut belum siap untuk
dihidangkan karena makanan masih dalam keadaan beku, dengan suhu maksimal saat
pengangkutan adalah 13ºC. Jika suhu saat pengangkutan lebih tinggi dari standar
maka perlu ditambah dry ice pada trolley pengangkutnya. Sebelum makanan diangkut
ke pesawat maka makanan tersebut harus disimpan terlebih dahulu dalam final holding selama 3 jam, dengan suhu
saat keluar dari final holding tidak kurang dari 7ºC. Jika keadaan tersebut
tidak tercapai maka harus dimasukkan kembali dalam final holding. Sebagai tindakan pencegahan suhu minimal tercapai,
maka harus diperhitungkan waktu pendistribusian dari waktu setting makanan, sehingga suhu dan waktu yang ditentukan tercapai.
3.2.1.6. Penyajian
Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai
cara
asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan
tidak
berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara
dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan
makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).
Penyajian makanan di
dalam pesawat yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik
pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara
asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus
seperti plastic, kertas atau bok plastik
harus dalam keadaan bersih dan tidak menimbulkan racun.
Gambar 3.10
Penyajian Makanan dalam Pesawat
Sumber: bisnis.makassar.com
Makanan yang disajikan pada tempat yang
bersih, peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung,
penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak
boleh terjadi kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).
Ruang lingkup penyajian
makanan meliputi :
Alat- alat penyajian
a) alat
hendaknya di tempatkan dan di simpan dengan fasiilitas pembersih
b) permukaan
benda yang berhubungan dengan konsumen hendaknya terlindung dari pencemaran
baik oleh konsumen maupun benda perantara lainnya
c) kebersihan
peralatan harus terjamin
Tenaga penyaji
1. Menjaga
kesopanan
2. Penampilan
dan tempramen yang baik
3. Cara
menghidangkan, teknik dan pengaturan di atas meja harus di atur dengan rapi
Pada berita tidak
tergambar dengan pasti bagaimana penyajian makanan oleh Aerofood ACS, tetapi
dapat dilihat dari banyaknya pihak yang mempercayai Aerofood ACS berarti dari
penyajian makanan yang disajikan memang sudah sesuai dengan standar karena
penyajian makanan adalah hal yang pertama kali konsumen lihat saat akan
mengkonsumsi makanan.
Gambar 3.11
Makanan dalam Pesawat
Sumber: anugrahvhe.blogspot.com
3.2.1.7.
Pengemasan Makanan
Pengemasan merupakan suatu wadah
atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya
kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemasi atau dibungkusnya.
Menurut
The Packaging Institute International mendefinisikan kemasan merupakan
pelindung yang bisa berupa tas, box, botol, gelas, kaleng dan lain-lain yang
berfungsi sebagai pelindung, pertahanan, komunikasi, pemeliharaan dan petunjuk
(Gordon, 1993)
Terdapat keterbatasan data yang di
peroleh dari berita tersebut sehingga poin pengemasan makanan pada Aerofood ACS
tidak bisa di analisis.
Gambar 3.12
Pengemasan Makanan
Sumber: anugrahvhe.blogspot.com
3.2.2.
Penanganan limbah..
A. Jenis
limbah
Di PT.Aerofood Indonesia Yogyakarta, terdapat dua jenis
limbah yaitu padat dan limbahcair.
B. Bentuk
limbah
Untuk bentuk limbah Di PT.Aerofood Indonesia
Yogyakarta berupa limbah sisa sayuran dan buah-buahan, plastik kemasan, dan sisa-sisa
lelesan roti atau sisa adonan.Adapun bentuk limbah cair adalah air sisa kebersihan
lingkungan seperti air sisa mengepel lantai, mencuci alat,dan air untuk mencuci
buah dan sayuran.
C. Penanganan
limbah
Penanganan limbah dibagi
menjadi dua macam yaitu:
1. Penanganan
limbah padat
Penanganan
limbah padat, adalah limbah tersebut yang diambil dari tempat sampah oleh Houskeeping,
kemudian dibawa ke bak pembuangan sampah.
2. Penanganan
limbah cair
Untuk penanganan
limbah cair, pihak PT.Aerofood Indonesia Yogyakarta menyewa jasa penyedotan limbah cair
dari luar yang dilakukan sebulan sekali yaitu
pada akhir bulan.Pada proses tersebut bagian engineering juga ikut berpartisipasi
dalam penyedotan limbah cair yang akan digunakan
alat-alat pembersihan.
Sedangkan pembuangan sampah dan limbah di PT ACS Surabaya ialah :
Air limbah di PT ACS Surabaya sebelum dibuang mengalami pengolahan lebih
dahulu yaitu dengan cara aerasi meliputi pengendapan, perangkap lemak, dan penyaringan
yang dilakukan setiap hari, sehingga Biological Oxygen Demand (BOD) di bawah 50
dan Chemical Oxygen Demand (COD) dibawah 30. Sedangkan standart air limbah di
periksa secara kimia selama 3 bulan sekali dan termasuk dalam kategori C untuk
catering.
Pengolahan
terhadap limbah di PT ACS Surabaya ada 2 macam, yaitu :
1. Pengolahan limbah air
yang disebut juga dengan Sewage Treatment Plant (STP) dan
2. Pengolahan limbah pada tata
sampah.
Sewage Treatment Plant (STP) merupakan unit pengolahan air limbah domestik,
dimana setiap perusahaan yang dalam menjalankan usahanya menghasilkan limbah diwajibkan
memilikinya tidak terkecuali PT ACS Surabaya. Prasarana yang ada dengan menggunakan sistem
plambing, sehingga air yang akan dibuang kesaluran umum tidak mencemari lingkungan.
Kapasitas WTP (Water treatment Plant) yang dimiliki PT ACS
Surabaya sebesar 220 m²/ hari yang
dalam prosesnya memanfaatkan sistem hembusan udara untuk mengolah limbah
atau disebut juga Sistem Pengolahan Extended Aeration.Urutan proses air limbah tersebut
berasal dari dalam gedung yang dialirkan melalui instalasi pipa (plambing sistem)
baik secara gravitasi maupun dengan menggunakan pompa, sehingga sampai keinstalasi
WTP.
BAB
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.Prinsip-prinsip
hygieni sanitasi makanan dan minuman menurut Depkes RI, 2004, prinsip hygiene sanitasi makanan
dan minuman yakni pemilihan bahan makanan,penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, penyajian makanan dan pengemasan makanan.
2. Pengelolaan
higiene sanitasi makanan dan minuman di pesawat sesuai dengan prinsip higiene sanitasi makanan yang
telah dibahas sebelumnya, hanya saja higiene sanitasi makanan di pesawat juga
terkait dengan perusahaan lain, yakni perusahaan catring yang menyediakan
makanan di pesawat mengingat adanya keterbatasan tempat dan waktu dalam
pesawat.
3. Sanitasi makanan
dan minuman di pesawat udara yang dikelola oleh PT. Aero Catering Service
secara umum sudah baik,misalnya terkait dengan prinsip hygiene sanitasi makanan
dan minuman yakni pengolahan makanan dimana tidak
sembarang orang bisa masuk ke dalam ruangan pengolahan makanan, penyimpanan
bahan makanan mentah dan masak yang terpisah, memperhatikan suhu penyimpanan
bahan makanan, walaupun masih berupa rentangan suhu sebab setiap bahan makanan
memiliki suhu penyimpanan yang berbeda-beda dan dari segi penyajian makanan, PT Aero Catering
Service memiliki keunggulan hingga terkenal di luar negeri. Namun karena
keterbatasan informasi dan data terkait pemilihan bahan makanan, , pengangkutan
makanan, dan pengemasan makanan tidak
dicantumkan secara jelas.
4.2 Saran
1. Penyimpanan
makanan masak peda Aerofood ACS seharusnya telah sesuai engan standar yang ada
mengingat Aerofood ACS sudah terpercaya hingga luar negri.
2. Hendaknya ada
badan khusus atau lembaga yang bisa melakukan survei lapangan langsung secara
berkala dalam rangka menjaga dan mengontrol hygiene sanitasi makanan danminuman
dalam pesawat terbang beserta perusahaan catring makanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI, 2004. Hygiene Sanitasi Makanan
dan Minuman. Jakarta: Ditjen PPM dan PL
Depkes
RI. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003
Djarismawati,
et. 2004. Pengetahuan dan Perilaku
Penjamah Tentang SanitasiPengolahan Makanan Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di
Jakarta.
Gordon, L. Robertson, Food Packaging : Principles and Practice,
Packaging & Converting Technology, A Series of Reference Books,
Published by Marcel Dekker Inc., New York, 1993
International
Civil Aviation Organization (ICAO).2006. Aerodrome
Design Manual Part 1, Runways. 3rd Edition,Canada.
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan
Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata
Mulia,
Ricky.M. 2005. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Tarwotjo,
C. S. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kulier.
Jakarta: PT. Gramedia
tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Ditjen PPM dan PL
Widyati,
Retno, Yuliarsih. 2002. Higiene dan
Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: Gramedia Widiarsana
Indonesia
Sumber Internet:
____.2013.
Gambaran Penerapan HSM di Pesawat. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334174-S-Pdf-Gambaran%20penerapan.pdf [ diakses pada 28 oktober 2014 ]
________.
2014 . Transportasi dan Bagian-bagiannya. http://dishub.bulelengkab.go.id/
index.php?sik=artikels&bid=bc47bc8bf2ea4071020fabbe62294d19 [diakses pada
21 Oktober 2014]
Dwiky
Kurniawati. 2013 PT. Aerofood Yogyakarta. http://dwikykurniawati.blogspot.com/2013/02/pt-aerofood-yogyakarta.html
[ diakses pada 28 oktober 2014 ]
Farikhnashikhati.
2013. Praktik Industri di PT. Aerofood. http://farikhanashikhati.blogspot.com/2013/12/praktik-industri-di-pt-aerofood_16.html [diakses pada 28 oktober 2014 ]
Fidya, Linda
(2012). Prinsip HSM di Pesawat udara. From
http://lindafidya.blogspot.com/2012/12/prinsip-hsm-di-pesawat-udara.html
, 28 November 2014
Hadi Suprapto, Iwan Kurniawan.2012 Ini 10 Penguasa Maskapai Penerbangan
Indonesia.http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/364411-ini-10-penguasa-maskapai-penerbangan-indonesia [diakses
pada 21 Oktober 2014]
http://makassar.bisnis.com/m/read/20141010/18/181132/media-trip-garuda-indonesia-mengintip-dapur-aerofood-acs-bagian-2 [diakses
pada 21 Oktober 2014]
Kusmayadi,
Ayi dan Dadang Sukandar. 2008. Cara
Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat http://database.deptan.go.id
[yang
diakses pada bulan 19 Oktober 2014]
Lindafidya.
2012. Prinsip HSM di Pesawat Udara. http://lindafidya.blogspot.com/2012/12/prinsip-hsm-di-pesawat-udara.html
[ diakses pada 28 oktober 2014 ]
Prasetyo Ikwan Kurniawan. 2014 . Media
Trip Garuda Indonesia: Mengunjungi Aerofood ACS.http://tyodongss.com/media-trip-garuda-indonesia-mengunjungi-aerofood-acs/ [diakses pada 21 Oktober 2014]
Temanmakan
(2008).Inflight Menu: Perjalanan Panjang Sebuah Hidangan ‘Hambar’. From http://temanmakan.blogspot.com/2008/08/inflight-menu-perjalanan-panjang-sebuah.html,
28 November 2014
WHO. 2009. Guide to Hygiene and Sanitation in Aviation
Third Edition. http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/ships/guide_hygiene_sanitation_aviation_3_edition.pdf
[serial online diakses pada tanggal 19
Oktober 2014]
LAMPIRAN
Media Trip Garuda Indonesia:
Mengintip Dapur Aerofood ACS (Bagian 2)
Share:
Herdiyan Aminuddin
Bisnis.com, MANADO—Apa yang paling diingat
saat berada di udara naik maskapai Garuda Indonesia? Sebagian bilang, makanan! Ya, setiap penumpang maskapai pelat
merah itu memperoleh hak untuk mendapatkan makanan tanpa biaya tambahan alias
sudah termasuk dalam harga tiket penerbangan. Sekadar informasi, Garuda Indonesia akan memberikan makanan
berat untuk penerbangan di atas 45 menit. Adapun untuk jarak tempuh di bawah 45
menit, setiap penumpang hanya memperoleh makanan ringan berupa kue atau roti.
Nah, ngomong-ngomong soal
makanan, pada hari kedua ini saya dan teman-teman Media Trip Garuda Indonesia
Facilities lainnya akan mengunjungi tempat pembuatan hotmeal untuk
penumpang berada di udara. Rombongan
akan mengunjungi dapur Aerofood Catering Service atau lebih dikenal Aerofood
ACS. Di sana, kami melihat proses pembuatan hotmeal, mulai persiapan
bahan hingga pengemasan (packaging) untuk dimasukkan ke dalam pesawat. Pukul 08.00 WIB, kami mulai
berangkat dari Hotel Amaris Mangga Dua, Jakarta Utara, menuju Kantor Aerofood
ACS di Kompleks Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Kembali
mengarungi bahtera macet di Jakarta Utara dan Tangerang. Sesampainya di sana, kami disambut
oleh Executive Manager Operational ACS Ferry Londah dan Quality Manager ACS
Imam F.
Imam menjadi tour guide yang
membimbing kami mengunjungi dan menguak rahasia kesuksesan Aerofood ACS ini.
Namun sayangnya, dia tidak mengizinkan kami untuk membawa alat dokumentasi
gambar, baik foto maupun video, karena takut kerahasiaan yang terjaga akan
disebarluaskan dan kemudian ditiru oleh perusahaan catering penerbangan
yang lain.
Sebelum diajak berkeliling,
rombongan diwajibkan untuk menggunakan jas putih sekali pakai yang bentuknya
seperti seragam laboratorium, tetapi berasal dari bahan yang lebih ramah
lingkungan untuk sebuah barang sekali pakai. Kemudian, rambut kami juga harus ditutup dengan semacam topi
untuk melindungi rambut serta masker. Ya, ini merupakan standar prosedur untuk
bisa berkeliling dengan santai di Aerofood ACS.
Awalnya, kami menyambangi ruang
penyimpanan bahan makanan, baik yang masih harus diolah maupun yang sudah siap
digunakan. Ruang penyimpanan dan sortir barang memiliki jadwal-jadwal sendiri
yang terpisah agar bahan makanan tidak tercampur. Saya mengerti sekali, bahwa pengorganisasian ini amat rumit
dan riskan sekali. Jika ada salah sedikit, bisa banyak sekali kerugian yang
dihasilkan. Sebut saja bahan makanan yang busuk dan lain-lain. Untung saja,
Aerofood ACS melakukannya dengan baik dan terorganisasi rapi, dengan
karyawan-karyawan yang terlatih pula.
Bayangkan saja, betapa memang harus
penuh dengan ketelitian. Aerofood ACS harus menyediakan 50.000 pax makanan
dalam sehari. Jika pada musim ramai (peak season), itu bisa mencapai
110.000 pax. Membayangkannya saja sudah ngeri. Tapi, itulah Aerofood ACS.
Perusahaan yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai penyedia catering untuk
penerbangan terbaik di Singapura.
Setelah berkeliling di tempat
penyimpanan bahan makanan kering, yang lebih mirip supermarket, saking banyaknya
jenis-jenis bahan makanan yang ada di sana. Kami juga ditunjukkan sebuah
ruangan yang berisi bumbu-bumbu instan racikan Aerofood sendiri.
Jadi, semua rasa dan kualitas
makanan yang dihasilkan sudah memiliki standar sendiri. Tidak akan pernah
kurang. Kemudian kami juga masuk ke dalam freezer raksasa yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan daging-dagingan. Suhu yang dipatok adalah -18°C hingga -30°C agar daging
tetap berada dalam kondisi terbaiknya. Saat kami masuk ke dalam sana,
temperatur menunjukkan angka -22°C. Setelah selesai mengitari storage room, kami menuju
dapur tempat pengerjaan makanan. Ya, di sini kami diperlihatkan ruangan-ruangan
yang disekat dengan kaca. Dan, masing-masing ruangan dibeda-bedakan sesuai
dengan kegunaannya. Ada Hot Kitchen, yang isinya kompor-kompor panas. Cold
Kitchen yang tidak ada kompornya sama sekali, biasanya digunakan untuk membuat
hiasan, burger atau salad. Ada Bakery and Pastry Kitchen untuk membuat makanan
pencuci mulut. Ada juga tempat pemotongan daging. Bahkan, ada dapur khusus
makanan Korea dan Jepang.
Jadi, ternyata Jepang memang
merupakan mitra Aerofood ACS yang paling eksklusif karena mereka yang
mengeluarkan uang paling banyak untuk jasa katering ini. Selain itu, mereka
tidak mengenakan denda pada Aerofood saat menemukan "benda asing" di
dalam makanan mereka. Biasanya, maskapai lain akan mengenakan denda sebesar Rp2
juta untuk satu item yang ditemukan di dalam makanan Aerofood ACS. Benda asing
tersebut bisa berupa apa saja, seperti isi staples, paku, rambut, batu, pecahan
kaca, dan bahkan kecoa. Hal ini bagaimanapun tidak dapat dihindari, karena human
error itu pasti ada. Sebaik apapun standar prosedurnya, pasti ada saja yang
tersilap.
Setelah puas memandangi para koki
itu bekerja dalam 'akuarium', kami melanjutkan perjalanan menuju ruang berisi
alat-alat makan dari berbagai maskapai penerbangan yang menggunakan jasa
Aerofood. Sebut saja, Thai Airways, China Airlines, Emirates, Philippine
Airlines, Singapore Airlines, Qantas, Japan Airlines, dan maskapai lainnya.
Karena konsumen eksklusif, Japan
Airlines mempunyai sebuah ruangan sendiri yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan tempat yang digunakan oleh maskapai lain. Saya meneliti satu-per-satu
barang yang ada di sana. Bagaimanapun harus saya akui, Jepang adalah negara
yang amat saklek masalah makanan. Karena bagi mereka, makanan dan tata
cara penyajian itu penting. Pantas saja, mereka berani membayar lebih mahal
untuk in-flight meal mereka. Dan yang lebih utama, mereka memilih
Aerofood ACS untuk memenuhi kebutuhan itu. Keren.
Tour lapangan kami berakhir di ruang
penyimpanan dari Japan Airlines ini. Sebuah pengalaman barupun tertoreh lekat
dalam ingatan. Pantas saja Garuda Indonesia menjadi maskapai terbaik di
Indonesia, karena di baliknya banyak hal-hal besar yang menyokongnya. Aerofood
ACS ini termasuk salah satunya. Sekarang sudah tidak perlu heran lagi, kenapa
nama Garuda Indonesia bisa menjadi begitu besar. Karena hal-hal luar biasa,
biasanya didukung oleh hal luar biasa lainnya. Bersyukur sekali bisa diberi
kesempatan untuk melihatnya secara langsung
Sumber:
http://makassar.bisnis.com/m/read/20141010/18/181132/media-trip-garuda-indonesia-mengintip-dapur-aerofood-acs-bagian-2