Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sifilis pada Remaja


BAB I
PENDAHULUAN


1.      LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.  Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Kemampuan bereproduksi pada remaja ini menjadi kebutuhan biologis sekaligus psikologis yang perlu adanya pengawasan dan kontrol dari  orang terdekat, sehingga remaja tumbuh menjadi dewasa yang baik. Kurangnya pengawasan dan kontrol dari orang terdekat mengakibatkan beberapa permasalahan salah satunya adalah seks bebas.
Seks bebas adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Pergaulan yang sangat bebas menjadikan remaja terjerumus pada perilaku seks bebas. Seks bebas merupakan seks yang kurang sehat karena dapat mengakibatkan beberapa penyakit menular seksual, salah satunya adalah sifilis.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).

2.      RUMUSAN MASALAH
Melihat paparan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa penyebab tejadinya penyakit sifilis pada remaja?
2.      Bagaimana gejala penyakit sifilis pada remaja?
3.      Bagamana cara pencegahan penyakit sifilis pada remaja?
3.      TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari pembuatan kerangka artikel ini adalah:
1.      Memberikan penjelasan mengenai penyakit sifilis dan penyebabnya pada remaja.
2.      Mengetahui gejala penyakit sifilis pada remaja.
3.      Mengetahui cara pencegahan penyakit sifilis pada remaja.
Manfaat dari pembuatan kerangka artikel ini adalah:
1.      Mengetahui gambaran rinci dari artikel yang dibuat.
2.      Menjadi pedoman, acuan, dan pengarah dalam penulisan artikel.
3.      Menjadi sebuah refrensi baru untuk mempelajari penyakit sifilis pada remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

1.             Penyebab Terjadinya Penyakit Sifilis pada Remaja
Sifilis adalah penyakit kelamin menahun dengan remisi dan eksaserbasi, dapat mengenai semua alat tubuh, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum (Spirochaeta pallida) yang ditularkan melalui hubungan seksual, melalui plasenta atau kontak langsung.
Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae  ini, memiliki ukuran yang sangat kecil. Triponema pallidum berbentuk filament berulir berukuran 6-14 mikron X 0,1 mikron dengan 6-12 mikron uliran kecil dan beraturan yang selalu lurus. Morfologi kuman mudah dilihat dengan mikroskop latar belakang gelap (dark field microscopy) atau dengan pewarnaan perak dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh.
Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Pada homoseksual juga sering ditemukan di daerah anorektal. Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan yang disebut dengan Sifilis congenital. Penyakit ini tidak dapat menular karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita sifilis, pegangan pintu atau tempat duduk WC.
            Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini meliputi: faktor pengetahuan, ekonomi, keturunan, dan urbanisasi. Pengetahuan yang kirang tentang bahaya penyakit, mendorong remaja melakukan hubungan seksual diluar nikah. Ekonomi yang rendah juga menjadi faktor yang berpengaruh timbulnya penyakit ini, sebagian masyarakat melacurkan diri untuk mendapatkan uang dengan mudah. Di kalangan remaja banyak terjadi kasus seperti ini, hal ini disebabkan karena remaja memiliki banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tua. Faktor keturunan juga berpotensi dalam timbulnya penyakit sifilis. Kemudian urbanisasi dari desa ke daerah kota, mengarah sikap remaja menjadi lebih bebas, longgar akan batas-batas adat dan agama sehingga mudah melakukan hubungan seks diluar nikah. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus remaja hamil saat kuliah di luar kota.




2.             Gejala Penyakit Sifilis pada Remaja
Gejala klinis terdiri dari 3 stadium, yaitu :
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar" karena sering dikira penyakit lainnya. Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Penyakit ini pada laki-laki lebih terlihat gejalanya dibandingkan dengan perempuan. Biasanya kaum perempuan tidak mengetahui gejalanya.Gejala yang ada yaitu seperti ruam berwarna merah pada daerah kelamin,dan biasanya sangat gatal.Meski kaumperempuan tidak akan tau apakah dia menderita penyakit sifilis,sebaiknya menjaga diri agar tidak tertular penyakit ini dan menularkan penyakit ini pada orang lain.Dan bagi kaum lelaki sebaiknya juga menjaga diri sendiri agar tidak tertular atau menularkannya pada orang lain.Cara satu-satunya untuk mencegah hal ini terjadi adalah setia pada pasangannya dan juga rutin diperiksa oleh dokter agar tidak menjadi terlalu parah.
Jika seseorang diduga menderita sifilis atau mempunyai pasangan yang mungkin menderitanya, Seseorang dan pasangannya tersebut perlu mengunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin. Jika dokter mendiagnosa adanya sifilis, orang tersebut akan diberikan antibiotik. Setiap orang yang menjadi partner seksual tanpa perlindungan juga harus segera diperiksa untuk mengetahui apakah mereka telah terinfeksi sifilis. Begitulah himbauan dokter menyangkut penyakit ini.
2.1. Stadium Primer
Pada stadium ini timbul lesi primer pada organ genital berupa ulkus yang keras. Juga terjadi limfangitis yang diikuti pengerasan kelenjar limfe regional yang tidak terasa nyeri.
Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.



2.2. Stadium sekunder, Pada stadium ini terjadi:
Ø  Kelainan kulit berupa macula, papula, pastula (juga terjadi pada telapak tangan dan kaki). Tanpa pengobatan, kelainan kulit akan menghilang dengan sendirinya, namun akan timbul kembali 2-3 tahun kemudian. Depigmentasi kulit.
Ø  Pada  mukosa mulut atau tenggorokan akan timbul plak putih
Ø  Kondiloma lata, terjadi terutama pada alat genital
Ø  Tonsilitis, Pembesaran kelenjar limfe, hepatosplenomegali, anemia sekunder dengan limfositosis.
Ø  Rambut mengalami kerontokan
Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala- gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.



2.3. Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat gumma pada berbagai organ. Selain itu terdapat aortitis yang menyebabkan anurisma atau insufisiensi aortic.
Neurosophilis, pada keadaan ini terjadi kelainan susunan saraf dalam bentuk meningitis, tabes dorsalis, dan paralisis progresif.
Jika sifilis stadium dua masih belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten, keadaan seperti ini yang disebut dengan stadium ketiga. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. Hingga akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati. Baik pada penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ia kandung.



3.             Diagnosis Penyakit Sifilis
Diagnosis Sifilis ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium, yang menunjukkan hasil sebagai beikut:
Ø  Pemeriksaan mikroskop cairan lesi ditemukan treponema
Ø  Reaksi Wassermann Khan dan VDRL  : Positif
Ø  FTA (Flourescent Trepomneal Antibodies) dan Uji Immobilisasi Treponema : Positif
Ø  Pemeriksaan cairan serebrospinal : menunjukkan gambaran limfosit dan protein yang meningkat
Ø  Pengobatan Penyakit Sifilis
Ø  Penisilin Procain jangka panjang diberikan dosis 600 mg, intramskuler
Ø  Tetrasiklin : Diberikan untuk pasien yang alergi penisilin dengan dosis 500 mg/hari selama 28 hari
Ø  Obat-obat lain yang bisa diberikan: Eritromisin dan Selafosporin

4.      Pencegahan Penyakit Sifilis pada Remaja
Untuk mencegah penularan sifilis, semua penderita harus diobati sampai tuntas. Higiene seksual dan terapi pencegahan sesudah hubungan seksual, serta pencegahan mekanik dengan menggunakan kondom, berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama, memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual, menghindari alkohol dan obat-obat terlarang, membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama pasangan, jangan berhubungan seksual dengan orang yang baru dikenal.






BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
   Sifilis adalah penyakit kelamin menahun dengan remisi dan eksaserbasi, dapat mengenai semua alat tubuh, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum (Spirochaeta pallida) yang ditularkan melalui hubungan seksual, melalui plasenta atau kontak langsung.
Terdapat tiga gejala penyakit sifilis yaitu primer, sekunder, dan tersier. Pada stadium primer timbul lesi primer pada organ genital berupa ulkus yang keras. Pada stadium sekunder timbul kelainan kulit berupa macula, papula, dan pastula. Sedangkan pada stadium tersier ini terdapat gumma pada berbagai organ. Selain itu terdapat aortitis yang menyebabkan anurisma atau insufisiensi aortic.
Pencegahan pada penyakit sifilis yaitu dengan higiene seksual dan terapi pencegahan sesudah hubungan seksual, serta pencegahan mekanik dengan menggunakan kondom, berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama, memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual, menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.

2.      Saran
Adapun saran dari pembuatan rancangan artikel ini adalah:
1.      Remaja sebagai agen perubahan diharapkan bisa menjadi penerus bangsa yang bermartabat.
2.      Pendidikan seksual sangat penting bagi remaja, agar mereka mengetahui bahaya- bahaya yang akan terjadi karena seks bebas.
3.      Orang tua berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan remaja, untuk itu diharapkan orang tua lebih memperhatikan pola perkembangan pada diri putra-putrinya yang sudah memasuki masa remaja.
Daftar Pustaka

Riyan Basofi, Moh. 2011. KTI Lindungi Remaja dari Rokok. Lumajang: MAN Lumajang
Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Tim Media KIE, dan SeBAYA-PKBI JATIM.2009. Gaul dan Sehat Kenali Diri dan Situasimu. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Sumber dari Internet:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar